Paradox


Rahasia dari segala penciptaan setiap hal yg berpasangan ternyata adalah kunci jalan menuju kesempurnaan

Bersikap paradox lah kepada selain Allah, dan tidak kepada Allah ......... Menjadi  Anti tesis terhadap selain Allah ......... dan satu polar bersama Allah........ tuntunan Allah & Rasulullah sebagai synthesizer .............. kemudian transenden bersama hasil sintesa berupa tesis / maqam baru ..... teruuuuus menuju insan kamil dalam polarisasi Allah. 
(D. Setiawan)  

Jika ingin dicintai Allah, maka
bertaqwalah pada Allah SWT …
Jika ingin dicintai manusia, jangan mengharapkan apapun dari mereka …
Jika ingin bertambah hartamu, perbanyaklah sedekah …
Jika ingin sehat, berpuasalah …
Jika ingin dipanjangkan umur, harus banyak bersilaturahmi …
Jika ingin dibangkitkan bersama Rasulullah SAW, perbanyaklah sujud serta shalawat …(Komunitas Patut Anda Ketahui - Facebook)

PARADOX MARKETING

Sebuah recognition besar dan amat berarti untuk sebuah peran sederhana,
"Terima kasih Pak, senang bisa telah menjadi bagian dari sejarah"
Secara substansial, "kematian" hanyalah sisi lain dari kehidupan. Bila sisi yang satu tiada, sisi yang lain tak akan muncul. Keberadaannya menjadi tak terpisahkan dari wujud kehidupan, maka bisa dikatakan bahwa setiap makhluk hidup sejak sediakala telah mendukung kematiannya sendiri.

MAKNA KEMATIAN YANG LEBIH BERMAKNA
Kaum sufi memberi makna "kematian" sebagai momen penobatan seseorang untuk menjadi raja yang sebenarnya. Dengan demikian, kematian menurut tasawuf bermakna sebagai saat ketika seseorang mulai melaksanakan peran ketuhanannya di muka bumi.
Kematian jasmaniah tidak dianggap sebagai kematian, karena tidak menawarkan perubahan yang bermakna bagi kehidupan.

MENYAKSIKAN WAJAH ALLAH
Apa yang disebut sebagai "kenyataan" adalah medan tempat yang Maha Nyata menyatakan diri.
Kenyataan yang berwujud benda-benda, manusia, dan peristiwa-peristiwa memiliki dua wajah yang berupa "ciptaan" dan "amr".

TRANSFORMASI 
1. Transformasi FENOMENA menjadi ILMU yang bersifat "KONSTRUKTIF" akan menghasilkan kesadaraan akan adanya "SUMBER DAYA". Sumber daya bersifat alami, keberadaannya menyeamatkan diri dari ALAM/berada dalam sunnatullah. (Al Imran - 83)    Rahmat - Islam - Alami

2. Transformasi SUMBER DAYA menjadi NILAI (Makrifat) yang bersifat "INTEGRATIF" menghasilkan kesadaran akan "KEHARUSAN". Keharusan bersifat manusiawi (adil), keberadaannya mengamankan manusia dari sesamanya/berada dalam amr Allah (Al Bayyinah - 5)    Amr - Iman - Manusiawi

3. Transformasi KEHARUSAN menjadi CINTA (Hikmah) yang bersifat "KREATIF" menghasilkan kesadaraan akan "PROSES". Proses bersifat Ilahi (Benar), keberadaannya menyampaikan kita pada Ridha Allah/berada dalam jalan Allah. (Al Qashash - 77)     Amal Saleh - Ihsan - Ilahi

TAWAKAL-PERAN-DUNIA DIRI-TITIK BEDA
Didalam kondisi diri orang yang bertawakal kepada Allah telah terjadi transendensi dari urusan hamba menjadi urusan Tuhan disebabkan "aku-insaniah" orang tersebut telah mati (maqam fana-fana fi iradatillah).
Didalam aktualisasi diri tanpa motif selain Amr Allah tersirat wujud "PERAN" ketuhanan di dalam diri pelakunya, resikonya ia akan terlempar ke dalam keunikan yang sulit dipahami dan terpisah dari lingkungannya. Ketika itu, seseorang telah berdiri di atas TITIK BEDA dengan semua individu yang ada, sebuah semesta yang tiada orang lain tahu petanya kecuali Allah, yaitu semesta diri yang tak ada kembarannya didalam kehidupan (DUNIA DIRI)

TAKWA-FUNGSI-DUNIA MILIK-TITIK TEMU
Titik temu adalah kesamaan anggapan tentang nilai-nilai yang terbentang di dalam cakrawala kehidupan yang menjadi sasaran operasional setiap individu manusia (DUNIA MILIK).
Penguasaan terhadap nya berwujud orientasi keluar lewat pengabdian sosial, menawarkan kreativitas atau bereksplorasi  keruangan dengan mengadakan penelitian dan eksperimen dengan alam benda dan lingkungan manusia yang menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta pandangan hidup yang bersifat objektif.
Berkiprah dalam dimensi tersebut membutuhkan aset yang berupa intelektualitas, bakat, keahlian dan pengetahuan tentang kausalitas alam dan sosial, serta ambisi yang kuat sebagai dinamis-motifnya.

Bedanya dengan anak sang waktu (mutawakkilin) yang mendapatkan "peran" yang tak tergantikan dari Tuhan, Putra Ruang (MUTTAQIN/TAKWA) ini akan memperoleh "FUNGSI" dari masyarakat yang dapat digantikan oleh pihak lain.Bila anak sang waktu dianugrahi ilmu Allah yang tak bisa dicerna akan, putra ruang akan dikaruniai ilmu pengetahuan objektif dari masyarakat dan alamnya.

Ketika anak sang waktu menemukan titik beda dengan yang lain sebagai hasil dari menggarap diri, purta ruang menemukan TITIK TEMU dirinya dengan semua individu lewat menggarap alam dan lingkungannya. 

(Mencari Nama Allah yang Keseratus - Muhammad Zuhri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar