Renungan

  • Hikmah : Ilmu Amaliah - Amal Ilmiah (M. Quraish Shihab)
  • Takwa : Memfanakan yang Abadi dan Mengabadikan yang Fana (Muhammad Zuhri)
Saudaraku, saya ingin ikut memperkaya pemahaman tentang takdir, Takdir yang telah ditetapkan Allah utk masing masing kita dan telah di tuliskan di kitab lauh al mahfuz saya coba pahami dengan analogi sebuah pohon, dimana takdir kita seperti sebuah pohon kehidupan. kadar rizki ditiap cabangnya telah ditentukan....setiap cabang pohon layaknya seperti pilihan yang hadir dalam perjalanan hidup kita. Pada awalnya di pangkal pohon paling bawah dimana belum ada cabang orang tua kita lah yang memilihkannya untuk kita. setelah muncul cabang pertama ... saat itulah kita dihadapkan pilihan hidup. ujung setiap ranting bisa dipakai untuk menganalogikan kematian.
Sekian banyak cabang dan ranting yang telah ditakdirkan/dirancang untuk masing-masing kita...namun hanya satu jalur yang pastinya kita lalui..... hakekatnya setiap percabangan baik dari cabang pohon atau ranting adalah pilihan hidup yang menentukan seberapa besar rizki yg menyertai dan menjadi apa setiap kita, sederhananya segala sesuatunya telah Allah sediakan untuk kita namun disisakan satu yg diberikan kesetiap manusia hak prerogatifnya yakni "PILIHAN/MEMILIH". atau bisa saya katakan 99 nama Allah itu adalah layaknya sekian banyak potensi yang di berikan kepada manusia namun satu yg disisakan dan manusia sendiri yang menentukan yakni "PILIHAN". Al Quran dan Sunnah dapat di analogikan sebagai petunjuk, cabang mana yang baik kita lalui karena di Quran dan Sunnah ada yg memmaparkan ciri ciri jalan yang tidak boleh atau tidak baik untuk kita lalui sekaligus juga sebagai petuunjuk sepanjang melalui setiap cabang dan ranting yang kita lalui.....Rizki telah disiapkan untuk setiap ranting yang ditetapkan dalam pohon kehidupan kita.... jadi seberapa besar/banyak rizki yang kita terima merupakan konsekuensi dari pilihan jalan hidup yang kita lalui....Apakah takdir bisa diubah ?? pohon takdirnya menurut saya sudah di tetapkan namun setiap kita bisa memperbaiki setiap waktu pilihan hidup kita (seakan akan mengubah takdir tapi saya lebih cenderung mengatakannya mengubah nasib :) ). Setiap ujung ranting adalah kematian....sehingga secara sederhana dapat dikatakan kita sendiri yang memilih cara kematian kita/pilihan kita mengantar kekematian kita sendiri, tambahan catatan semuanya berjalan diatas sunnahtullah....(sunnatullah = aturan main = hukum alam = sebab-akibat)QS 48. Al Fath 23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. mulai dari pangkal pohon sampai ujung ranting terjauh atau terdekat merupakan satu perjalanan hidup kita dan ranting atau cabang lain yang tidak kita lalui .... tetap menjadi rahasia Ilahi. Jadi panjang atau pendeknya umur kita pun dipengaruhi oleh pilihan perjalanan hidup kita... dimana masa depan tetap rahasia... jadi esensinya bukan panjang atau pendeknya tapi kesabaran mengumpulkan bekal perjalanan nanti dan syukur terhadap setiap rizki yang kita dapatkan itu esensinya dan jangan lupa Akhir lebih baik dari Awal. :)

Namun sepertinya tidak semua pohon kehidupan orang selalu seperti pohon mangga misalnya yang lebat banyak cabang dan ranting, boleh jadi seperti pohon kelapa seperti komentar saudara kita terdahulu menanggapi tulisan ini. Sehingga boleh jadi seseorang miskiiiiiiiiin sepanjang hidupnya dan baru berubah saat menjelang akhir hidupnya seperti pohon kelapa.

Jadi Esensinya bukan tentang apa yg kita dapatkan sepanjang perjalanan namun Sabar dan Syukur yang menjadi ukurannya.

Jodoh, Rizki ..... menurut saya keduanya sama sama harus diupayakan...keduanya merupakan penyerta dari pilihan hidup yang kita ambil. Keduanya mensyaratkan kecocokan wadah terhadap isi yang kita harapkan/kita mintakan dalam do'a do'a kita.

Jika wadahnya siap/jika kita cukup siap mempersiapkan diri kita maka rizki dan jodoh yang sesuai dengan wadah yang kita siapkanlah yang akan diberikan kepada kita. jadi seperti juga Doa yang boleh jadi doa/permintaan kita dibayar tunai olah Allah, hal itu karena wadah yang kita siapkan sudah cocok untuk hal yang kita permohonkan, namun boleh jadi ditunda...karena wadahnya belum siap, atau permintaan kita diganti oleh sesuatu yang lebih baik... karena memang yang itulah yang cocok dengan wadah yang kita miliki. (berlaku utk Rizki dan Jodoh karena hakekatnya menurut saya jodoh adalah bagian dari rizki)

Sekedar tambahan untuk Hal Jodoh, dikenal istilah Kufu/ Setara konsepnya relatif sama dengan pemahaman dengan konsep wadah dan isi, artinya..... yang namanya jodoh adalah ketika keadaan dua orang manusia (laki laki dan perempuan kufu atau setara) dan bukan jodohnya ketika sudah tidak setara lagi (mohon tidak dipahami dengan terlalu sempit) sederhananya seorang pelacur tidak akan ketemu kecuali dengan yg serupa dengan itu..... perceraian terjadi ketika ke kufuan sudah tidak adalah lagi, sehingga pernikahan atau jodoh pun hakekatnya adalah hal yang harus terus menerus di upayakan ketika pengetahuan/pemahaman  istri terasa tertinggal maka menjadi tugas suami menariknya sehingga bisa berdampingan lagi berjalannya.... tidak tertinggal ..... ketertinggalan salah satunya cenderung kepada perceraian....hal ini mengapa perceraian merupakan hal yang dibolehkan namun dibenci Allah yaitu itu.... sebab perceraian adalah kondisi ketidak kufuan, sehingga dapat berbahaya bagi salah satu yang baiknya, sedangkan ketidak kufuan boleh jadi karena kurang kuatnya keinginan/upaya untuk mendidik salah satunya itu sebabnya dibenci :).

di Al baqoroh disebutkan "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" artinya bahwa apapun yang ada dihadapan kita, hakekatnya bisa/sanggup kita hadapi dan selesaikan karena........... yang tidak bisa kita hadapi yaaaaaaa tidak akan diberikan kepada kita gitu kan ? :) ........ "Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya" (maaf klu rada salah) esesnsinya.... itu seperti yang saya sudah jelaskan diatas tentang cabang dan ranting pohon dan pilihan hidup.

Berikutnya, Apakah kematian manusia sudah ditetapkan Allah? jawabanya "Ya" tapi kematian dengan cara yang mana dan kematian kita yang kapan ?

Naaaaaah..... Rasulullah bilang klu ribuan sebab kematian mengelilingi kita .... ya kan klu saya analogikan lagi dengan ujung pucuk ranting pohon itu adalah kematian bisa ada pucuk ranting yang dekat dengan pangkal batang pohon atau ada yang paling jauh dari pangkal pohon..... naaaah itu juga menjadi hasil dari pilihan hidup kita :)....
Setiap Pucuk pucuk ranting itu sudah ditentukan Allah untuk kita dan hanya satu pucuk ranting yang akan kita temui di akhir perjalanan hidup kita di dunia ini.... melalui sebab-sebabnya.

Demikian yang bisa saya share untuk melengkapi pemahaman yang sudah disampaikan saudara-saudara yang lainnya.


Berikut adalah kisah senada dengan paparan saya di atas : Ketika  di  Syam  (Syria, Palestina, dan sekitarnya) terjadi wabah, Umar  ibn  Al-Khaththab  yang  ketika  itu  bermaksud berkunjung  ke  sana  membatalkan rencana beliau, dan ketika itu tampil seorang bertanya:

"Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Tuhan?"

Umar r.a. menjawab,

"Saya lari/menghindar dan  takdir  Tuhan  kepada  takdir-Nya
yang lain."

Demikian juga ketika Imam Ali r.a. sedang duduk bersandar di satu tembok yang ternyata rapuh,  beliau  pindah  ke  tempat lain.  Beberapa  orang  di  sekelilingnya  bertanya  seperti pertanyaan di atas. Jawaban Ali  ibn  Thalib,  sama  intinya dengan   jawaban   Khalifah   Umar   r.a.  Rubuhnya  tembok, berjangkitnya penyakit adalah berdasarkan  hukum-hukum  yang telah ditetapkan-Nya, dan bila seseorang tidak menghindar ia akan menerima akibatnya. Akibat  yang  menimpanya  itu  juga adalah  takdir,  tetapi  bila  ia  menghindar dan luput dari marabahaya  maka  itu  pun  takdir.  Bukankah  Tuhan   telah menganugerahkan   manusia  kemampuan  memilah  dan  memilih?
Kemampuan ini  pun  antara  lain  merupakan  ketetapan  atau takdir  yang  dianugerahkan-Nya Jika demikian, manusia tidak dapat luput dari  takdir,  yang  baik  maupun  buruk.  Tidak bijaksana  jika  hanya  yang  merugikan  saja  yang  disebut takdir,  karena  yang  positif  pun  takdir.  Yang  demikian
merupakan  sikap 'tidak menyucikan Allah, serta bertentangan dengan petunjuk Nabi Saw.,'  "...  dan  kamu  harus  percaya kepada  takdir-Nya  yang  baik  maupun  yang  buruk." Dengan demikian, menjadi jelaslah kiranya bahwa adanya takdir tidak menghalangi  manusia untuk berusaha menentukan masa depannya
sendiri, sambil memohon bantuan Ilahi.

Akhlak Luhur

 Seseorang bisa disebut berakhlak luhur manakala dia berada dalam kondisi seimbang, artinya, pribadi tersebut telah sanggup berdiri di antara Allah dan semestanya, di antara yang ideal dan real, atau di antara dimensi keharusan dan dimensi kenyataan (Mencari Nama Allah yang Keseratus; Muhammad Zuhri)


Hidayah, Taufiq, dan Rahmat

 Kerelaan untuk mengungkapkan diri dengan benar dan baik itulah yang disebut Hidayah, dan partner dialog yang mampu menggerakkan terungkapnya kebaikan dan kebenaran itulah yang disebut Taufiq, sedang sesuatu dengan apa keduanya mampu melahirkannya disebut rahmat.(Mencari Nama Allah yang Keseratus; Muhammad Zuhri)


Menyadari Diri dan Alam

 Seseorang tidak akan dapat menyadari nilai apapun di dunia ini sebelum ia bersedia mengambil jarak darinya dan menjadikannya sebagai objek pemahaman. (Mencari Nama Allah yang Keseratus; Muhammad Zuhri)

Keinginan dan Kebutuhan



Buat keinginan harus tahu kapan musti berhenti, sedangkan untuk kebutuhan harus tahu kapan saat untuk memulai



Wasiat Penikahan Untuk Sang Putri


*أوصت ابنتها أم إياس عند زفافها إلى عمرو بن حجر أمير كندة فقالت*

أي بنيةإن الوصية لو تركت لفضل أدب تركت لذلك منك 
ولكنها تذكره للغافل ومعونة للعاقل 
ولو أن امرأة استغنت عن الزوج لغنى أبويها وشدة حاجتهما إليها 
كنتى أغنى الناس عنه ، ولكن النساء للرجال خلقن ، ولهن خلق الرجال.أي بنية :انك فارقت الجو الذي منه خرجت , وخلفت العش الذي فيه درجت , إلى وكرٍ لم تعرفيه , وقرين لم تألفيه فأصبح بملكه عليكِ رقيبًا ومليكًا 
فكوني له أمة يكن لك عبدًا وشيكًا.
واحفظى له خصالا عشرًا يكون لك ذخرًا :أما الأولــى والثانية :فالخشوع له بالقناعة ، وحسن السمع له والطاعة
وأما الثالثــة والرابعة:فالتفقد لموقع عينية وأنفه ، 
فلا تقع عينه منك علي قبيح ، ولا يشم منك إلا أطيب ريح 
والكحل أحسن الحسن، والماء أطيب الطيب
وأما الخامسة والسادسة :فالتفقد لوقت منامه وطعامه
فإن تواتر الجوع ملهبة ، وتنغيص النوم مغضبة
وأما السابعة والثامنة :فالاحتراس بماله ، والإرعاء بحشمه وعياله
وملاك الأمر في المال حسن التقدير، وفي العيال حسن التدبير.وأما التاسـعة والعاشــرة : فلا تعصين له أمرا ً، ولا تفشين له سراً ,فإنك إن خالفت أمره ، أوغرت صدره ، وإن أفشيت سره ، لم تأمني غدره
ثم إياك والفرح بين يديه إن كان مهتما ً، والكآبة بين يديه إن كان فرحاً.

*فإن الخصلة الأولى من التقصير، والثانية من التكدير
وكوني أشد ما تكونين له إعظامًا يكن أشد ما يكون لك إكرامًا
وأشد ما تكونين له موافقةً يكن أطول ما تكونين له مرافقة
واعلمي أنك لا تصلين إلى ما تحبين حتى تؤثري رضاه على رضاك، وهواه على هواك فيما أحببت وكرهت والله يُخِيِّرُ لك






......Wahai putriku,
Kini, engkau telah meninggalkan lingkunganmu yang dulu dan rumah tempat engkau dibesarkan ke dalam alam yang serba baru bagimu bersama pasangan yang sebelumnya engkau tidak mengenalnya.


Maka sejak hari ini, engkau telah menjadi milik seseorang. Jadilah engkau sebaik - baik pelayannya, nisvaya ia akan menjadi hamba bagimu.


.........Wahai putriku,


Jaga sepuluh perkara yang akan kuberikan kepadamu, niscaya akan menjadi kekayaan berharga dan kenangan bagimu.


Pertama dan kedua,


Temanilah suamimu dengan sifat qana'ah (apa adanya) dan dengar serta patuhilah perintahnya.


Sesungguhnya dengan sifat qana'ah, hatimu akan tenang. Dan mendengar serta patuh kepadanya, engakau akan mendapatkan ridha dari Rabb-mu.


Ketiga dan keempat,


Jagalah hidung dan matanya. Jangan sampai matanya melihat pada dirimu sesuatu yang tidak menyenangkannya. Atau pun hidungnya mencium darimu, kecuali bau yang harum.


Maka celak adalah sebaik - baik hiasan mata dan air cukup untuk menghilangkan bau.


Kelima dan keenam,


Ingatlah waktu makannya dan tenanglah ketika tidurnya.


Sebab biasanya gejolak lapar akan dapat membakar amarah. Sedangkan kurang tidur akan menimbulkan emosi.


Ketujuh dan kedelapan


Hormati dan pelihara keluarga, anak - anak dan hartanya.


Jika engkau dapat menjaga hartanya, pastilah engkau akan mendapatkan kehormatannya. Jika engkau menjaga hak keluarga dan anak - anaknya maka akan membuatnya bersikap baik kepadamu.


Kesembilan dan kesepuluh,


Jangan sampai engkau membeberkan rahasianya dan menentang perintahnya. Jika engkau membocorkan rahasianya, jangan harap engkau selamat dari pembalasannya. Jika engkau menentang perintahnya maka engkau telah membangkitkan amarah dalam dadanya


Kemudian janganlah engkau bergembira ketika ia sedih ataupun bersedih ketika ia sedang bergembira.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar